Sejarah Meunasah Buloh



SEJARAH GAMPONG "MEUNASAH BULOH"

Riwayat lahirnya Gampong Meunasah Buloh pada umumnya hampir sama dengan gampong-gampong lainnya yang berada dalam kemukiman pereumeue, dimana daerah Gampong Meunasah Buloh mulai didiami oleh masyarakat yang diperkirakan sejak masa pemerintahan Kesultanan Aceh dalam wilayah yuridis Ulee Balang Cut Kaway XVI. yang secara garis kekuasaan  pada masa tersebut dibawah naungan Ulee Balang Meulaboh. Pada saat itu perkiraan Sultan Aceh yang berkuasa adalah Sultan Mahmudsyah, Beliau ini adalah kakek Sultan Muhammad Dawoodsyah  Sultan Aceh yang terakhir yang ditawan dan dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke pulau Jawa pada Tahun 1904 Masehi (Sumber Cut Abidah) tidak diperoleh informasi dan data nama-nama Geuchik yang menjabat dalam Gampong Meunasah Buloh pada masa awal penduduk mendiami Gampong Meunasah Buloh pada saat itu.
Adapun nama Meunasah Buloh versi pertama menguraikan bermula dari tempat ibadah Gampong Meunasah Buloh pada saat pertama kalinya didirikan, dimana disebabkan masyarakat pada waktu itu kesulitan dalam mendapatkan bahan-bahan bangunan, yang mana alternative menggunakan kayu untuk bahan bangunan meunasah terkendala dengan peralatan yang sangat terbatas, sehingga tidak mungkin mengolah kebutuhan bahan kayu dalam jumlah yang banyak untuk membangun meunasah gampong. Melalui hasil musyawarah tokoh-tokoh agama, pemuka adat, cerdik pandai dan Pemerintah Gampong, diambil kesimpulan untuk membangun sebuah tempat ibadah berupa meunasah dengan tiang dari batang bambo dan dinding dari anyaman bambu jenis aur ("Buloh" dalam bahasa Aceh). Sehingga dari kebiasaan ucapan meunasah dari dinding buloh menjadi melekat dan ditabalkanlah nama gampong menjadi Gampong Meunasah Buloh (sumber Alm. Tgk.Abdullah).
Versi lain menceritakan bahwa nama Meunasah Buloh lahir dari bahasa pedagang tradisional dan masyarakat yang bermukim sepanjang sungai arah utara Gampong Meunasah Buloh, yang mana pada masa itu mereka menggunakan sampan "Jaloe" dalam bahasa Aceh melalui jalur Meureubo sebagai sarana transportasi membawa barang dagangan maupun membawa pulang kembali barang belanjaan kebutuhan sehari-hari ke kota ibukota Kabupaten "Meulaboh". Dalam arus bolak balik menuju  ke Meulaboh para pedagang ini sering singgah dan beristirahat sejenak untuk melaksanakan ibadah dipinggir sungai yang sepanjang sungai tersebut banyak sekali terdapat rumpun bambu jeni aur ('Buloh" dalam bahasa Aceh). Lama kelamaan dari seringnya diucapkan istirahat digampong yang ada Meunasah yang banyak batang Buloh, sehingga menjadi nama Gampong Meunasah Buloh.




Meunasah Buloh

Alamat
Jl.Meulaboh-Tutut km.11 Desa Meunasah Buloh, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh
Phone
Telp. 0852 7716 5079 / 0853 5941 9801
Email
[email protected]
Website
meunasahbuloh.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

15.567